Selasa, 03 April 2012

Tips Menghadapi Masalah dengan Orang Lain


·         Berfikir dengan Sangka Baik (husnudzon)
Paradigma husnudzon (sangka baik) merupakan cara berfikir dengan mengedepankan asumsi-asumsi kebaikan.
Berfikirlah mungkin dia melakukannya karena mempunyai suatu alasan yang baik atau mungkin ada kesalahpahaman. Tancapkan pemikiran bahwa hal seperti ini biasa terjadi dan pasti ada jalan keluar atau solusinya.


·         Tetap tenang
Jangan ikut-ikutan emosi. Berbahaya! Kondisi akan jadi tambah runyam bila kita ikut-ikutan emosi. Tenang saja, tatap dia dengan keseriusan. Tapi, bukan tatapan menantang yaa… Apabila curahan kemarahan ini terjadi hanya pada saat berdua. Itu hal yang bagus. Tapi, bila peristiwanya terjadi di muka umum, mintalah ia untuk berbicara empat mata saja dengan kita. Terkadang, di tempat umum (public space) secara psikologis seseorang menempatkan karakter dirinya berbeda saat ia berada di ruang pribadi (private space).

·         Kontrol diri
Jangan tergesa-gesa menyalahkan orang yang sedang marah, apalagi sampai melakukan aksi balas marah. Dan jangan sekalipun mengeluarkan pernyataan yang dapat memperkeruh suasana. Ingat, kecakapan kita menahan emosi akan membantu pencapaian solusi daripada ikut-ikutan marah. Apalagi, bila kita bisa seperti ini. Tetap tenang dan tersenyum menghadapi segalanya. Percayalah, orang-orang akan kagum. Di mata mereka, kita seorang yang hebat. Di hati mereka, mereka pun akan berbisik kita adalah orang yang layak untuk menjadi pemimpin. Opini ini akan menyebar menjadi citra positif tentang diri kita. Seorang pemimpin adalah seorang yang tetap tenang dan mengontrol diri ketika menghadapi masalah.

·         Hargai pihak lain
Seheboh apapun kemarahannya, cobalah untuk menyimak dan mendengarkan isi kemarahannya. Karena pasti amarahnya itu cukup beralasan. Perasaan menghargai akan tercermin dengan mimik yang bersahabat, menerima dan menjadikan segala masukan sebagai alat introspeksi diri.


·         Obyektif
Pikirkan di mana letak persoalannya dan apa yang menjadi penyebab kemarahannya. Kemudian coba kita introspeksi, apa dan dimana kelemahan Anda. Jika kita memang salah, kita harus bersedia mengakui kesalahan kita.


·         Empati
Belajar untuk merasakan perasaan orang lain. Biasa disebut kekuatan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain (power of sharing another person feeling). Coba pahami penyebab kemarahannya. Apakah karena kesalahan kita atau dia sendiri yang sedang bermasalah. Umpatan yang dia lontarkan yang seharusnya tidak boleh dilakukan, anggaplah sebagai salah satu kelemahannya. Dengan demikian kita telah berempati padanya.


“Semoga Bermanfaat”


Wassalam,,
Widya Eka  Kurniasari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar